Sabtu, 02 Juni 2012

Cerpen

cerpen


Karya : Amin Hasan
Daar El Falaah
                                               HARAPAN ANAK JALANAN
         Hasan dan Alfia adalah dua kakak beradik yang mempunyai kehidupan yang malang. Ibu mereka telah meninggal dan Ayah mereka tidak bertanggung jawab hingga menitipkan mereka kepada seorang Saudagar Kaya yang berada dikota tersebut. Usia mereka masih sangat kecil, Hasan berusia 9 tahun sedang Alfia 6 tahun. Keduanya terlahir dari keluarga miskin dipinggiran daerah Pandeglang. Ayah mereka yang hanya seorang pengangkut barang disebuah pabrik minuman yang pekerjaannyapun terkadang tak tetap tidak sanggup untuk menampung mereka. Lebih menyedihkan lagi, keduanya tersiksa tinggal bersama Saudagar kaya tempat Ayahnya menitipkan mereka. Alfia sering mengeluh kelaparan, sang kakak yang tidak tega melihat betapa mereka dijadiakan pembantu dalam keluarga itu memutuskan untuk lari dari keluarga itu.
           Mereka hidup dijalanan, kemudian seorang Mafia pengguna Anak-Anak jalanan mengambil mereka dengan Iming-Iming makan dan tempat tinggal yang layak. Ya, mereka mendapatkan tempat tinggal dan makan yang cukup tetapi mereka harus bekerja. Kedua saudara itu harus menghabiskan 18 jam dijalanan Alun-Alun kota dan pulang saat malam hari, lalu berangkat pada pukul 7 pagi. Hasan dengan gitar kecilnya dan Alfia dengan bermodalkan suara yang Pas-Pasan rela menunggu setiap mobil yang berhenti dilampu merah Alun-Alun kota Pandeglang dengan harapan ada yang ihlas memberinya sedikit uang untuk biaya hidup mereka. Uang yang mereka hasilkan memang tak seberapa, tetapi cukup untuk mereka bertahan hidup, setidaknya mereka tidak mengalami siksaan fisik seperti saat mereka tinggal bersama saudagar kaya dahulu. Suatu pagi, keduannya duduk di pinggiran jalan sambil Alun-Alun kota Pandeglang sambil menikmati bekal sepotong roti sebagai sarapan.
          Alfia terdiam, dia tak terlihat bernafsu untuk memakan roti cokelatnya, melihat keadaan Adiknya yang seperti itu sang kakak bertanya.
                  “Kenapa kamu tidak makan? .”
                  “Fia tidak lapar.”
                  “Bohong, tidak kalau kamu tidak lapar, pasti kamu sedang memikirkan sesuatu.”
                      “Kak, kenapa sih kita hidup miskin, dan tidak sekolah seperti Anak-Anak itu.”
                                              “Karena kita tidak punya uang, makanya kita tidak bisa sekolah, tapi kakak janji kakak akan menabung untuk biaya kamu sekolah nanti, yang penting kamu jangan nakal dan malas.
                       “Tuhan tidak adil. Kenapa kita ciptaanya tidak pernah ia beri perhatian. “
                      “Hush, jangan bicara begitu, minta maaf sama Tuhan. “
                      “Tidak mau! Tuhan jahat, Kak “
                      “Ya sudah kalau kamu tidak kamu, ayo lampu merah sudah menyala, kamu tidak mau ngamen? “
                 “Nggak mau! “
                 “Ya sudah kalau gitu, kakak tidak mau bicarakan masalah ini. Kakak harus kerja dulu. Kamu pikirkan saja sampai kamu sadar kamu salah.

                                Hasan berlari menyebrang jalan menuju mobil BMW X-10, dari kejauhan  tampak Bapak Bupati Pandeglang sedang duduk didalam mobil tersebut sambil melihat keadaan sekitarnya. Hasan segera mendekati mobil tersebut kemudian hatinya tak karuan, baru kali ini dia mengamen di mobil Bapak Bupati. Dengan menarik napas panjang Hasan mulai memainkan gitar kecilnya, dengan nada yang indah ia mulai bernyanyi dengan penuh keyakinan. Didalam mobil tersebut tampak anak kecil seumuranya dengan seorang Wanita dengan wajah tampak gelisah.
                               “Mah, kenapa kok mereka berada dijalanan, apakah mereka tidak sekolah?.” Tanyanya kepada sang ibu.
                               “Mungkin mereka tidak punya uang untuk biaya sekolah.”Jawab ibunya.
                               “ Tapi, mengapa Ayah tidak memberinya uang, bukankah Ayah pemimpin dikota ini.”
                               “Hush, jangan bicara seperti itu nanti Ayah marah.”Terdengar aba-aba ibunya agar tidak mengulanginya
                               “ Adik Manis. Apa kamu tidak sekolah?.”
                               “Tidak bu. saya tidak punya uang dan tidak ada seorangpun yang membiayai saya .”
                               “Memang orang tuamu kemana.”
                               “Ibu saya sudah lama meninggal, tapi kalau Ayah saya tidak tau pergi kemana.”  
                               “Apa kamu tidak ingin sekolah?.”   
                               “Iya mau, tapi bagaimana lagi bu tapi bagaimanau lagi bu. saya tidak ada biaya namun saya ingin menyekolahkan adik saya terlebih dahulu, saya sudah cukup puas bisa merasakan bangku sekolah walaupun hanya sampai kelas 3 SD.”  Jelas hasan.
                               “Ayah tolong beri Anak ini uang Rp 100.000 saja. Untuk biaya sekolahnya .”
                 Ayahnya pun langsung memberinya uang.
                               “Ini permintaan anakku, Semy. Maka berterima kasih kepadanya .”
                               “Semi, terima kasih ya, mudah-mudahan tuhan mnembalas semua kebaikan kalian .”
                               “Ya, sama-sama. Oh iya kalau kamu sudah besar nanti, cita-cita kamu apa ?.” tanya semi kepada Hasan.
                 Hasan sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilotarkan oleh Semi ada rasa bangga dalam hatinya, baru kali ini ia ditanya langsung oleh Anak Bupati Daerahnya.
                               “Kalau besar nanti, aku bercita – cita ingin .....”
                               Belum sampai meneruskan kalimatnya terlihat lampu merah telah berubah warna menjadi hijau. Mobil BMW X-10 pun melaju begitu kencang meninggalkan Hasan.
                               “Ah.... gagal deh aku memberi tahu bahwa aku kan ingin seperti Ayahnya nanti kalau sudah besar nanti .”
                               Hasan membatin sambil memanggil Adiknya untuk mengahampirinya. Adiknya pun berlari dengan cepat menghampiri Hasan tapi naas dari arah berlawanan sebuah truk besar yang memuat angkutan dengan cepat menghempaskan bagi kecil Alfia ke trotoar jalan. Hasan dengan sigap menghampiri Adik kesayangannya. Tampaknya luka yang di derita Alfia sangat parah sedang Supir truk berhasil melarikan diri. Hasanpun membawa Adiknya menuju RS Berkah.
                 Suasana di Rumah Sakit       
                               Dokter memberi kabar kepada Hasan bahwasanya Adiknya membutuhkan ginjal bantuan, setelah mengalami benturan yang sangat keras pada bagian badannya yang mengakibatkan ginjalnya tidak mampu berfungsi seperti biasanya. Hasan kehabisan akal darimana dia bisa mendapatkan ginjal bantuan dalam waktu 12 jam. Pikirannya tak karuan tapi ia berjanji kepada dokter bahwa dalam waktu 12 jam ia dapat membawa ginjal bantuan untuk Adiknya.
                               Hasan mendekati sesosok kecil yang terbaring lemah diatas ranjang putih khas Rumah Sakit Berkah.
                               “Fia, kamu harus kuat, kakak akan berusaha semampu kakak untuk mencari bantuan ginjal yang cocok untukmu .” Hasanpun pergi meninggalkan Adiknya.
                               “kakak! Kakak mau kemana? Fia mau sekolah kak .” Terdengar suara adiknya berharap.
                               Hasanpun terkejut mendengar suara itu. Ia langsung kembali mendekati Adik tercintanya.
                               “Fia, Kakak nggak kemana- mana kok, kakak hanya ingin bekerja untuk biaya perawatanmu .”
                               “Jangan lama-lama ya kak! Fia takut sendirian disini .”
                               “Iya Fia, cepat atau lambat kakak akan kembali, mungkin sebentar lagi kamu akan dibawa kedalam ruang operasi agar kamu cepat sembuh .”
                               “Fia takut kak .”
                               “Fia tidak boleh takut, kakak akan selalu ada disampingmu, kakak berjanji hidup dan mati hanya untuk Fia .”
                 Hasan segera bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Adiknya yang sedang terbaring lemah. Ada perasaan sedih dalam lubuk hatinya yang paling dalam sebenarnya dalam hatinya ia ingin meninggalkan Adiknya terbaring sendirian.
                              
                               “Hallo Dok, ini saya Hasan. Saya telah mendapatkan bantuan ginjal untuk adik saya yang bernama Alfia. Semoga ginjal ini cocok untuk Adik saya .”
                               “Oh Baguslah, sekarang Anda berada dimana ?.”
                               “Temui saya 3 menit lagi dipintu gerbang Rumah Sakit .” Hasanpun memutuskan telepon. Tak ada kata-kata yang dikatakan oleh Hasan selain menyuruh dokter dipintu gerbang Rumah Sakit.
                               Tampak dari kejauhan Dokter yang sedang berjalan menuju pintu gerbang Rumah Sakit. Dokter terkejut setelah melihat ternyata Hasan telah terhempas mobil Truk Angkutan yang sedang berjalan cepat tepat didepan pintu gerbang. Tiba-tiba ponsel Dokterpun berbunyi, sebuah pesan baru masuk dengan nomor yang belum ia kenali.
                               “Dok, Maaf sebelumnya saya telah berbohong kepada Dokter mungkin inilah titik hitam ku, setelah saya berfikir panjang saya telah mengambil keputusan ini. Mudah-mudahan ginjal ini. Karena kita tidak perlu merasa sedih dengan keadaan kita, walau kita terlahir tidak sempurna di Dunia ini karena tuhan memberikan nafas kehidupan dengan tujuan hidup masing-masing, saya mungkin tidak bisa membuatnya bahagia dengan takdir saya saat ini. Tapi ingatlah saya berjanji kelak jika aku terlahir kembali, dialah orang yang paling bahagia karena saya. Tolong jaga rahasia ini saya hanya ingin senyum indahnya terus tumbuh menghiasi Kota ini, walaupun kini kami hidup dua dunia yang berbeda. Katakan padanya bahwa saya hanya pergi sementara dan pasti akan kembali .”Hasan dengan segala kekurangannya.
                               Sebutir air mata seketika terjatuh membasahi layar ponselnya, tanpa berfikir panjang Dokterpun membawa jasad Hasan yang telah berlumuran darah untuk melakukan pendonoran ginjal untuk Adiknya.
                               Operasipun berjalan sempurna ginjal Hasan sangat cocok untuk Adiknya. Kini Fiapun dapat terselamatkan dari maut yang telah dihadapinya. Setelah beberapa minggu dari kepulihannya Fia tampak bingung kemana kakaknya pergi, dia hanya mendapatkan kabar bahwa kakaknya akan segera kembali, dia tak sadar bahwa ginjal yang berada dalam tubuhnya adalah milik kakaknya sendiri.

              Kini Hasan telah pergi meninggalkan kita dengan banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil, mulai dari keikhlasan sampai sebuah pengorbanan. Ia rela mengubur dalam-dalam cita-citanya yang ingin menjadi seorang pemimpin di Dunia ini. Semoga kelak akan lahir kembali Hasan-hasan yang mempunyai jiwa keikhlasan yang tinggi.

”HIDUP MULIA ATAU MATI SEBAGAI SYUHADA”

0 komentar: